Memasarkan software komputer yang harganya puluhan juta rupiah, bagi
saya adalah memasuki dunia gelap. Tidak secuilpun pengalaman yang bisa
mendukung. Kemampuan komputer hanya sekedar bisa mengetik, koneksi di
Lampung tidak punya sama sekali. Meskipun saya dilahirkan di Lampung,
tapi sudah lama hidup di Jawa. Apalagi sasaran pasarnya sangat sempit,
yaitu kalangan pengusaha. Belum lagi kesadaran teknologi pengusaha
Lampung saat itu belum begitu baik. Tidak adanya referensi tentang
pemasaran sofware turut melengkapi kegelapan dunia yang baru mulai saya
geluti.
Awalnya saya bingung, mau memulai dari mana. Mau bertanya
juga kepada siapa, karena tidak ada software house yang benar-benar
berhasil dan bersedia membagikan ilmunya untuk para pemula. Untuk
sekedar membuat proposal penawaranpun tidak ada contoh sama sekali. Toko
buku sudah saya obrak abrik, hasilnya nihil, mencari di Internet juga
tidak ketemu yang cocok. Jadi yah…sebisa-bisanya bikin sendiri.
Disamping
cara memasarkan yang masih coba-coba, produk yang dijual juga belum
fokus. Meskipun ada beberapa software saat itu, namun semuanya masih
berupa program sederhana dan belum bisa diandalkan. Kami memiliki
software untuk perdagangan, bank, market share, properti dan banyak
software sederhana lainya. Semua software tersebut masih perlu
pengembangan ulang ketika ada customer yang membeli, bisa dibilang
tailor made lah.
Kami juga menawarkan pengembangan software baru yang
belum pernah kami buat. Mengenai harga, lagi-lagi juga menjadi problem,
karena lagi-lagi juga tidak ada patokan harga untuk pengembangan
software kala itu. Jadi penentuan harga dilihat dari seberapa sulit
membuatnya dan seberapa besar perusahaan yang memesan. Nah..karena
subjektifitas yang sangat tinggi ini mengakibatkan sering salah
menawarkan harga. Ada perusahaan yang kelihatanya besar (tempatnya)
padahal secara bisnis sebenarnya kecil, sehingga penawaran harga terlalu
tinggi dan tidak menjangkau daya beli customer tersebut. Begitupun
sebaliknya, ada perusahaan yang kelihatanya cuma toko berukuran 3 x 4
meter, kami beri harga murah, dibawah 10 juta, ternyata begitu
implementasi dilakukan, software tersebut dipasang di gudang yang
besarnya hampir satu hektar dan secara bisnis memang sangat besar.
Belum
lagi menjual software yang sama kepada dua customer yang kelas
bisnisnya berbeda, yang satu dikasih harga 60 juta dan satunya hanya 8
juta. Ternyata mereka saling kenal, akhirnya yang mendapatkan harga 60
juta komplain, mengapa ia mendapatkan harga yang lebih mahal. Walaupun
setengah mencari-cari alasan, saya jawab “yang membedakan harga tersebut
adalah seberapa besar tanggung jawab yang harus kami emban sebagai
provider software terhadap data-data yang diolah oleh software kami,
semakin besar tanggung jawabnya, tentu harganya juga semakin mahal”.
Meskipun
alasan yang setengah dipaksakan tersebut bisa dipahami customer,
rasanya ada yang kurang pas dengan sistem penentuan harga yang demikian.
Penentuan harga yang berubah-ubah menurut estimasi ini juga membuat
saya stress, karena jika salah melakukan estimasi akibatnya adalah
kerugian atau kegagalan order. Setiap closing harga, selalu dihadapkan
dengan pilihan-pilihan yang sulit.
Target pasar yang belum jelas,
juga membuat saya masuk kemana saja, yang penting kelihatan orang punya
usaha, saya tawarkan software. Hal ini membuat saya mengalami banyak
penolakan, bahkan pengusiran (waw..kejam ya..?). Penolakan yang
bertubi-tubi kadang membuat saya hampir putus asa. Tidak ada orang yang
bisa saya ajak sharing tentang pemasaran software, karena diperusahaan
tempat saya bekerja ini hanya ada 3 orang, 1 programmer, 1 teknisi dan 1
marketer. Perusahaan lain???????. Teman-teman sales kanvas produk
customer goods ? mereka juga tidak tahu secuilpun tentang pemasaran
software. Malah ada yang bilang, “kalo saya bisa masarin software,
pastilah saya jadi marketing software, justru karena gak bisa itu saya
pilih jadi sales kanvas saja yang gak perlu banyak mikir..”,
waduh…jawaban yang tidak memberi solusi nih…
Dunia, saya rasakan
seperti hamparan padang pasir yang sangat-sangat luas, sepi tak
berpenghuni, yang ada hanyalah desiran angin yang tak pernah membisikkan
apa-apa padaku.
Tapi dasar orang keras kepala, saya tidak mau
berhenti setengah jalan, dalam hati, saya harus berhasil. Selama 2
tahun, saya melakukan edukasi kepada para pengusaha, untuk menanamkan
kesadaran, bahwa telah saatnya mereka menggunakan teknologi canggih
untuk memudahkan pekerjaan. Hanya satu yang membuat saya kuat bertahan
dalam kondisi serba sulit ini yaitu prinsip “saya sedang menanam benih
dan suatu saat saya pasti akan panen”. Prinsip ini yang membuat saya
tidak melihat berapa banyak uang yang saya dapatkan dari menjual
software saat ini. Tapi saya melihat jika suatu saat 20% saja pengusaha
didunia menggunakan software kami, berapa besar yang kami dapatkan.
Kami
bertiga, secara tidak sadar telah menjadi orang-orang militan, kami
bekerja nyaris 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 30 hari sebulan. Dalam
sehari semalam waktu istirahat kami tidak pernah lebih dari 4 jam.
Siang memasarkan software dan malamnya harus bekerja keras lagi
merancang dan melakukan pengembangan software secara terus menerus. Kami
punya ambisi, suatu saat software yang kami hasilkan mampu menggetarkan
dunia internasional. Yah..dari Indonesia, bahkan dari Lampung yang udik
ini. Disaat bangsa lain tidak percaya dengan kemampuan bangsa kita,
kami punya tekad untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia juga
bisa.
Dari perjalanan yang cukup menguras energi ini, akhirnya kami
temukan formula sedikit demi sedikit untuk membuka jalan keberhasilan.
Kami akhirnya menemukan strategi pricing yang tepat, kami juga menemukan
cara membuat jaringan pemasaran yang luas, kami juga menemukan fokus
software yang akan dikembangkan terus menerus, kami menemukan manajemen
mengelola software house secara otodidak dan banyak lagi yang kami
temukan.
Fokus Produk
Setelah menemui ratusan pengusaha, baik yang
menolak maupun yang menerima, akhirnya kami menyimpulkan, bahwa
software yang memiliki pangsa pasar luas adalah software perdagangan.
Meskipun banyak juga yang lain, tapi kami memutuskan software
perdagangan yang akan kami kembangkan. Sistem perdagangan, adalah sistem
yang hampir sama untuk seluruh negara didunia, akuntansi perdagangan
juga sama seluruh dunia.
Untuk itu kami mulai fokus mengembangkan
software perdagangan ini, kami mengumpulkan beberapa software kami yang
dipesan oleh beberapa perusahaan berbeda dengan sistem yang berbeda pula
menjadi satu paket software perdagangan yang lebih komprehensif. Kami
namakan software tersebut dengan nama Acosys yang merupakan singkatan
dari Aztechsoft Commerce System.
Untuk versi pertama, semua fitur
masih fitur-fitur sederhana yang sifatnya baru administratif. Software
ini baru sekedar mencatat transaksi, belum dilengkapi tool-tool untuk
analisa. Satu tahun kemudian, kami mengembangkan ke versi 2, dimana pada
versi ini telah dilengkapi dengan tool-tool analisa. Tidak lama setelah
itu versi 3 kami keluarkan. Dimana di versi 3 ini, kami lebih
menyempurnakan ke arah analisa secara mendalam sehingga akan
menghasilkan saran dalam pengambilan keputusan, seperti berapa produk
tersebut harus diorder agar pada saat kunjungan supplier berikutnya
tepat habis.
Saat ini kami sedang mengembangkan Acosys Versi 4.0,
dimana software ini adalah hasil perombakan total dari versi-versi
sebelumnya. Bahasa pemrogramanya juga kami ganti dengan bahasa
pemrograman yang lebih handal dari sebelumnya. Pada versi ini kami
melengkapinya dengan fasilitas multy language (semua bahasa dunia dapat
dimasukkan, bahkan bahasa daerah atau bahasa teknis tertentu), multy
currency (mendukung transaksi dengan menggunakan semua mata uang dunia),
multy operating system (dapat berjalan di Windows dan Linux semua
edisi), multy database (bisa menggunakan database MySql Server,
PosgreSql, Firebird dll.) dan multi bisnis (bisnis perdagangan,
perhotelan, rumah sakit, biliard, bowling, rental perpustakaan dalam
satu software yang paketnya dipisah-pisahkan tentunya).
Pricing
Awalnya
harga jual yang diterapkan sesuai estimasi saja, lalu berkembang dengan
membuat paket per 5 komputer. Namun inipun masih belum menjangkau
kalangan menengah ke bawah. Kami melakukan perubahan sistem perhitungan
harga software berkali-kali. Lalu kami memecah software kami menjadi 15
edisi. Sebenarnya edisi-edisi ini hanyalah pemecahan dari satu software,
hanya fasilitasnya saja yang dibedakan. Semakin lengkap tentunya
semakin mahal. Dengan pemecahan edisi ini, kami bisa menjual dengan
harga antara 1 jt sampai 8,5 juta perkomputer.
Bisa dilihat di http://www.aztechsoft-int.com/
. Pricing model ini memungkinkan warung kecil saja mampu membeli paket
yang paling sederhana, tentunya dengan harga yang sangat murah. Namun
untuk masuk ke kelas yang besar, total penjualan juga akan naik sesuai
jumlah komputer dan edisi yang diambil. Semakin besar usaha, pasti
semakin komplek kebutuhanya semakin banyak unit komputer yang dibutuhkan
dan edisi yang diambil otomatis juga edisi dengan spesifikasi tinggi.
Jaringan pemasaran
Sebagai
perusahaan kecil yang tidak punya budget promosi, tidak punya kantor
yang layak dan memulainya serba dari nol, kami tidak punya banyak
pilihan. Hanya ada dua pilihan, menjual sendiri sampai seluruh energi
dihabiskan atau menggunakan sumber daya potensial dari luar perusahaan
untuk melebarkan sayap.
Akhirnya kami memilih pilihan kedua. Namun
semua itu tidak bisa berjalan dengan instant, kami harus menjadi
perusahaan yang trustable dulu, baru bisa memanfaatkan sumber daya dari
luar perusahaan tanpa budget tertentu.
Langkah pertama adalah dengan
memberikan produk yang betul-betul bermanfaat tinggi bagi customer.
Langkah kedua adalah memberi perawatan memuaskan bagi customer. Kami
memberikan fasilitas kunjungan langsung ke customer kapan saja saat
dibutuhkan, bahkan tengah malam.
Memasarkan software perdagangan di
Lampung sebenarnya tidak begitu aman bagi kami sebagai pendatang baru.
Karena sudah ada market leader telah lebih dulu menguasai. Setiap
perusahaan yang menggunakan komputer, pasti sudah pakai software milik
market leader itu, software impor dari Jakarta. Namun kami cari
kelemahanya, dan akhirnya ketemu. Hanya satu kelemahanya, yaitu
maintenance. Maka kami berjuang habis-habisan untuk yang satu ini.
Sedikit demi sedikit mereka tergeser, ganti software tanpa disadari oleh
providernya. Dan lama-kelamaan posisi market leader telah beralih ke
tangan kami.
Kepuasan pelanggan yang membuat mereka akhirnya berani
mereferensikan software kami kepada teman-temanya sesama pengusaha.
Artinya marketing kami sekarang tidak lagi satu orang, tapi banyak
orang. Dan mereka semua tidak minta digaji tetap. Kami berani berbagi
kepada siapa saja yang membantu memasarkan software kami, sekalipun
banyak diantara pengusaha tersebut yang tidak mau diberi marketing fee.
Setelah
jaringan pemasaran di Lampung terbentuk dengan baik, barulah kami
melakukan rekrutmen karyawan untuk mengurusi pemasaran di Lampung. Dan
saya sendiri beralih tugas, saat itu harus memulai memasarkan diluar
Lampung. Kami mencari data toko-toko komputer ternama disetiap propinsi
melalui internet untuk kami kirim proposal kerja sama.
Dari puluhan
proposal yang kami kirimkan ternyata ada beberapa propinsi yang
memberikan respons positif. Dan akhirnya kami melakukan kerjasama
pemasaran. Kuncinya adalah kita harus berani berbagi, saat itu kami
berani berbagi hampir separuh dari penjualan software untuk mereka,
bahkan saat ini kami berani memberikan lebih dari separuh.
Kerja
sama ini, meksipun tanpa pernah bertemu secara langsung, ternyata luar
biasa. Software kami dibeberapa propinsi terjual sangat keras. Dan
secara tidak sadar, kami telah menjalani babak baru, yaitu go nasional (
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2008021616520922
). Kadang kami bertiga bercandaan, “kalau mereka tahu kantor kita kayak
kandang kambing, mungkin tak satupun yang mau jadi Main Dealer kita
ya…”.
Justru karena mereka tidak tahu kantor kami, sehingga yang
mereka lihat hanyalah produk kami yang bagus, komitmen kami yang kuat
dan konsistensi kami yang bisa dipertanggungjawabkan. Dan karena hanya
itu modal yang kami miliki. Kami memiliki kantor yang layak, karyawan
yang cukup banyak dan sarana pemasaran yang memadahi baru 2 tahun
terakhir ini, dari 5 tahun perjuangan kami.
Meski beberapa Main
Dealer kami berjalan dengan baik, tidak sedikit pula yang berhenti
ditengah jalan. Main Dealer kami di Jakarta, sudah 5 kali berganti dan
ke lima-limanya tidak berhasil. Untuk itu kami memutuskan untuk membuka
cabang sendiri di Jakarta, dan itu baru terwujud Januari 2009 kemarin.
Banyak yang merasa aneh, ada perusahaan cabangnya di Jakarta, pusatnya
di Lampung. Biasanya kan pusatnya di Jakarta dan cabangya yang di
daerah. Tapi gak apa-apa, kami memang orang-orang aneh yang kadang tidak
bisa masuk nalar orang-orang waras.
Sebenarnya banyak sekali yang
ingin saya ceritakan, tapi sepertinya tulisan ini sampai disini dulu
ya..lain waktu saya akan membahas lebih detail tentang pricing strategy
penjualan software, strategi pengembangan wilayah dan strategi
mengalahkan kompetitor yang jauh lebih kuat dari kita.
Terus berjuang tanpa pernah berfikir untuk menyerah.
sofiyanto962
Rabu, 18 April 2012
Selasa, 03 April 2012
menjadi penjual profesional
Seorang penjual yang sukses pada umumnya
tak pernah berhenti belajar, baik dari serangkaian keberhasilan maupun
timbunan kegagalan. Zig Ziglar mengatakan: “Every sale has five basic obstacles: no need, no money, no hurry, no desire, no trust.”
Bagaimana Anda mengatasi komentar negatif dari calon pembeli produk
Anda? Bagaimana Anda mengelola pikiran pelanggan Anda dan
mensublimasikannya hingga Anda dapat menjadikannya pembeli potensial
produk yang Anda tawarkan? Bagaimana Anda mengatasi problem penjualan
Anda, ketika Anda harus bersaing dengan kompetitor yang menawarkan
produk serupa? Lee Iococca menegaskan: “When the product is right, you don’t need to be a great marketer.” Tidak
semua produk mudah dijual sehingga penjualannya harus dilakukan oleh
penjual yang handal. Katakunci menjadi seorang penjual profesional
adalah BELAJAR.

Ferdinand Fournies (2003) menu lis buku Why Customers Don’t Do What You Want Them to Do, 24 Solutions to Overcoming Common Selling Problems,
McGraw-Hill. Sebuah buku yang sangat menarik dan menginspirasi banyak
orang untuk belajar dan mempraktikkannya dalam proses penjualan yang
mereka lakukan.
Jika berminat, silakan kunjungi situs
yang memuatnya. Berkas itu mungkin membantu Anda sendiri maupun
teman-teman Anda untuk bersama-sama belajar menjadi penjual yang
profesional.
Langganan:
Postingan (Atom)